“Berbadan besar tapi nyali ciut“
Tidak sedikit orang yang melontarkan kesan seperti di atas ketika penilaian terhadap Mr. President SBY menjadi buah bibir dalam perbincangan politik dan kenegaraan. Hal ini sangat beralasan dan secara empiris dapat dibuktikan bahkan sejumlah pemerintah dari kalangan elit politik sendiri menyatakan demikian. salah satunya mengenai tanggapan yang datang dari Wakil Ketua Komisi III DPR, Nasir Djamil, dalam keterangan persnya kepada, Sabtu (24/3/2012). Beliau sempat mengatakan, “Pengamanan oleh TNI ini menunjukkan bahwa Presiden SBY memang penakut, hal ini sesuai dengan keluhan yang dilontarkan Presiden beberapa hari yang lalu.” ujarnya.
Hari selasa pada tanggal 27 maret ini, sebagaimana yang diberitakan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran yang diadakan oleh berbagai elemen kemahasiswaan dan elemen kemasyarakatan di Jakarta dan di berbagai kota-kota besar lainnya, juga merupakan aksi dalam mempertanyakan Kemana Nyali Mr. President SBY. Secara pribadi, saya sangat merasakan kesadaran dan antusias para aktivis dan masyarakat dalam bingkai demonstrasi hari ini. Sebuah kesadaran untuk terus bergerak menuntut keadilan serta mempertanyakan kebijaksanaan yang mengaku sebagai wakil rakyat tersebut.
Mari kita mencari, menulusuri, dan mempertanyakan nyali dan keberanian Mr. President kita. Ataukah mungkin kita tak akan menemukan “nyali” tersebut karena telah tertutup oleh semak-semak kemunafikan? Saya rasa sebagai agent of change yang berjuang untuk kesejatraan bangsa dan masyarakat kita tidak menemukan terminologi “Pesimis” dalam kamus idealisme kita. Teruslah bergerak dan mempertanyakan hal tersebut karena kita bukanlah mayat yang berjalan.
Ada satu sikap Mr. President kita yang di mana sikap atau pilihannya tersebut, menurut saya (Maaf) seperti “Kentut yang redam tak terdengar” tapi baunya menyebar ke mana-mana. Apa itu? Saya rasa kita telah mengetahuinya bersama yakni, Kaburnya Mr. President ke Cina-Korsel menjelang keputusan kenaikan BBM. Bukankah ini lucu dan tercium kemunafikannya bagai “Kentut redam” tadi. Bukankah seudah semestinya, sebagai kepala negara lebih memilih untuk tampil di garda depan dalam menyikapi problematika kenegaraan, khususnya mengenai kenaikan BBM. Saya cukup yakin bahwa SBY telah mendapatkan informasi dan data-data intilejen mengenai akan diadakannya aksi demonstrasi besar-besaran, oleh karena itu SBY memutuskan untuk “ngumpet” di ketiak Cina dan Korsel. Kemana Nyali Presiden kita?
Ketika negeri ini tengah diremukkan oleh karut marutnya sikap pemerintah kita yang menebar “kentut” kemunafikan maka, REVOLUSI hanyalah BOM WAKTU yang siap MELEDAK kalau telah tiba saatnya.